Pengembangan terbaru dalam sistem transmisi otomatis
diantaranya Automated Transmissions (AT), yaitu sistem transmisi
otomatis yang menggabungkan fitur terbaik manual dan transmisi otomatis.
Prinsip AT adalah menggabungkan fluida torque converter dengan planetary
gearset sehingga dapat mengontrol pergeseran dari planet gigi dengan sistem
kontrol otomatis hidrolis. Fluid torque converter terpasang pada crankshaft
mesin yang berfungsi sebagai flywheel. Rancangan tersebut sebagai
penggerak mesin, dimana daya mesin ditranfer ke converter melalui poros
penggerak output converter (turbin) seperti gambar 1.1. Kecepatan
diperoleh dari perpindahan titik kopel melalui perpindahan gearshifts yang
dikendalikan.
Penguna memiliki kontrol hanya sebagian di drive
D-posisi, karena transmisi di drive D-posisi yang bergeser ke planetary gearset
gears tinggi untuk mencegah mesin overspeeding berapapun posisi bukaan throttle.
Kelebihan dari AT adalah pengoperasiannya relative lebih sederhana, gigi
seleksi awal dikendalikan melalui tuas pemilih, namun di drive (D atau DR),
pergeseran dari kecepatan rendah (L) dan kembali ke drive dikendalikan secara
otomatis diperoleh dari kecepatan mesin. Kelemahan dari AT selalu memerlukan
alat pendukung yang lain seperti planetary gear set, dan fluid
coupling, selain itu biaya tinggi untuk perawatan.
Gambar 1. Automatic Transmission
Pada saat ini sebagaian besar produsen kendaraan
mengunakan dan mengembangkan Continuously Variable Transmission (CVT)
dengan ditandai peningkatan kualitas CVT secara terus menerus. Prinsip kerja CVT
adalah memanfaatkan perubahan diameter antara puli penggerak (driver
pulley) dan puli yang digerakkan (driven pulley), selain melakukan
variasi rasio (i) transmisi menjadi dapat tak terbatas. Sistem ini
memiliki beberapa keunggulan desain lebih transmisi otomatis (AT) yaitu :
1. Kontruksi
lebih sederhana dan proses manufaktur yang lebih mudah.
2. Akselerasi
halus tanpa sentakan atau pukulan dari mengubah gears.
3. Efisiensi
bahan bakar yang lebih baik karena pada CVT tidak adanya daya yang terbuang
waktu perpindahan gigi seperti yang terjadi pada transmisi otomatis.
Namun
kelemahan sistem CVT dibandingkan AT yaitu : kemampuan beltnya yang menurun
drastis kalau dipakai untuk kendaraan dengan Daya diatas 135 HP, karena beltnya
yang akan mengendur bila terlalu panas akibat gesekan dalam pemakaian yang
lama, sangat tidak cocok untuk performance car karena tenaga tidak responsif,
kalah responsif oleh matic biasa sekalipun. Pada matic sederhana pada saat di-kickdown
langsung turun gigi.
Sistem CVT memilik
beberapa type penggerak ratio yaitu : Variablediameter Pulley
(VDP), yaitu sistem CVT secara sederhana terdapat dua V-belt puli yang
tegak lurus untuk memisahkan antar puli dari axes rotasi, dengan Vsabuk berjalan
di antara mereka. Ratio gear diubah agar bergerak pada dua bagian dari
satu puli penggerak dan dua bagian lainnya dari satu puli digerakan. Belt
ratarata berbentuk V dimana bagian ikat pinggang dibentuk salid (T) agar dapat menahan
tekanan, ini akan menyebabkan sabuk untuk naik lebih kencang sedangkan yang
lain lebih longgar agar dapat melakukan perubahan yang efektif. Jarak antara
pulleys tidak berubah, namum belt mampu mengubah ratio gear sehingga kedua
pulleys harus disesuaikan (satu lebih besar, yang lainnya kecil) sekaligus
untuk mempertahankan jumlah tepat ketegangan pada sabuk, seperti gambar berikut
ini;
Gambar 2. Continuously Variable Pulley (CVP)
Seperti gambar 2. Toroidal atau roller
berbasis CVT, dibuat dari disk dan roller yang berfungsi mentransfer
daya antara disk. Disk digambarkan sebagai dua bagian yang
berbentuk kerucut (point-to-point) sehingga sisi disk pada dua bagian
dapat mengisi pusat lubang yang torus. Satu disk sebagai inputan
dan yang kedua adalah output (tidak ada kontak antar disk). Sistem
secara drastis fungsinya berbeda, dengan semua komponen yang sejalan dengan
roda/roller dan system katrol menghasilkan seperti prinsip CVT. Berikut
adalah cara kerjanya:
Ø Satu
disk terhubung ke mesin (katrol penggerak)
Ø Disk
lain terhubung ke batang (kontrol digerakan).
Ø Rollers
atau
roda, terletak antara disc sebagai belt (pada CVP), yang digerakan
dengan transmisi listrik dari satu disk ke yang lain.
Sehingga dapat memutar roda dua sepanjang sumbu axis
dan berputar di sekeliling sumbu horisontal serta memindahkan daya
di luar atau di sekeliling sumbu vertikal, yang memungkinkan roda kontak
dengan disc. Ketika roda berada dalam kontak dengan disk mengemudi
di dekat pusat, mereka harus menghubungi driven disc dekat rim, sehingga
pengurangan kecepatan dan peningkatan torque. Kontak roda penggerak disk
dekat rim maka harus menghubungi driven disc dekat pusat,
sehingga peningkatan kecepatan dan penurunan torque. Gerakan yang sederhana
dari roda, dapat secara bertahap akan mengubah gear ratio, menjadi rasio
perubahan.
Gambar 3. Continuously Variable Transmission Toroidal
Hydrostatic CVT adalah
salah satu jenis CVT, menggunakan variabelkapasitas pompa ke bervariasi cairan
mengalir masuk hydrostatic aktuator. Dalam transmisi jenis ini pemutaran
gerakan mesin pompa menerapkan sistem pengerak hydrostatic dimana pompa yang
mengkonversi pemutaran gerakan menjadi aliran cairan. Kemudian, dengan motor
hydrostatic terletak di samping menggerakkan, cairan yang mengalir kemudian
dikonvert kembali ke dalam gerakan pemutaran yang ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Continuously Variable Transmission Hydraulic
Dari permasalahan yang ditimbulkan dari beberapa CVT
maka dalam tesis ini menerangkan sistem terbaru dengan menggunakan elektrikal
atau yang disebut dengan Electrical Continuously Variable Transmission (ECVT).
Sistem diharapkan mampu mengurangi persoalan slip, pengendalian ratio secara
optimal, dan juga untuk memungkinkan meningkatkannya performance system.
ECVT menggunakan suatu penggerak ratio dengan menekan belt yang
diatur oleh elektrik motor untuk mengendalikan gerakan Fork Push Belt dengan
dikombinasikan dengan suatu lead screw untuk menggerakan mekanisme sehingga
Fork Push Belt dapat mengendalikan ratio puli CVT. Manfaat lain dari sistem
ini diharapkan juga memperbaiki bahan bakar menjadi lebih ekonomi.
Perbaikan sistem ini meliputi terjadi perubahan
akibat pengaruh ratio, slip, dengan efisiensi bahan bakar untuk
meningkatkan torsi/daya pada CVT dari kendaraan yang diteliti. Dengan
meminimalkan kerugian-kerugian dari CVT yang ada sehingga efisiensi transmisi
dan daya mesin yang dihasilkan dapat dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar