Sistem EFI
atau PGM-FI (istilah pada Honda) dirancang agar bisa melakukan penyemprotan
bahan bakar yang jumlah dan waktunya ditentukan berdasarkan informasi dari
sensor-sensor. Pengaturan koreksi perbandingan bahan bakar dan udara sangat
penting dilakukan agar mesin bisa tetap beroperasi/bekerja dengan sempurna pada
berbagai kondisi kerjanya. Oleh karena itu, keberadaan sensor-sensor yang
memberikan informasi akurat tentang kondisi mesin saat itu sangat menentukan
unjuk kerja (performance) suatu mesin. Semakin lengkap sensor, maka
pendeteksian kondisi mesin dari berbagai karakter (suhu, tekanan, putaran,
kandungan gas, getaran mesin dan sebagainya) menjadi lebih baik.
Informasi-informasi tersebut sangat bermanfaat bagi ECU untuk diolah guna
memberikan perintah yang tepat kepada injektor, sistem pengapian, pompa bahan
bakar dan sebagainya.
a. Saat
Penginjeksian (Injection Timing) dan Lamanya Penginjeksian Terdapat beberapa
tipe penginjeksian (penyemprotan) dalam sistem EFI motor bensin (khususnya yang
mempunyai jumlah silinder dua atau lebih), diantaranya tipe injeksi serentak
(simoultaneous injection) dan tipe injeksi terpisah (independent injection).
Tipe injeksi serentak yaitu saat penginjeksian terjadi secara bersamaan,
sedangkan tipe injeksi terpisah yaitu saat penginjeksian setiap injektor
berbeda antara satu dengan yang lainnya, biasanya sesuai dengan urutan
pengapian atau firing order (FO). Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
penginjeksian pada motor bensin pada umumnya dilakukan di ujung intake manifod
sebelum inlet valve (katup masuk). Oleh karena itu, saat penginjeksian
(injection timing) tidak mesti sama persis dengan percikan bunga api busi,
yaitu beberapa derajat sebelum TMA di akhir langkah kompresi. Saat
penginjeksian tidak menjadi masalah walau terjadi pada langkah hisap, kompresi,
usaha maupun buang karena penginjeksian terjadi sebelum katup masuk. Artinya
saat terjadinya penginjeksian tidak langsung masuk ke ruang bakar selama posisi
katup masuk masih dalam keadaan menutup. Misalnya untuk mesin 4 silinder dengan
tipe injeksi serentak, tentunya saat penginjeksian injektor satu dengan yang
lainnya terjadi secara bersamaan. Jika FO mesin tersebut adalah 1 – 3 – 4 – 2,
saat terjadi injeksi pada silinder 1 pada langkah hisap, maka pada silinder 3
injeksi terjadi pada satu langkah sebelumnya, yaitu langkah buang. Selanjutnya
pada silinder 4 injeksi terjadi pada langkah usaha, dan pada silinder 2 injeksi
terjadi pada langkah kompresi. Sedangkan lamanya (duration) penginjeksian akan
bervariasi tergantung kondisi kerja mesin. Semakin lama terjadi injeksi, maka
jumlah bahan bakar akan semakin banyak pula. Dengan demikian, seiring naiknya
putara mesin, maka lamanya injeksi akan semakin bertambah karena bahan bakar
yang dibutuhkan semakin banyak.
b. Cara
Kerja Saat Kondisi Mesin Dingin
Pada saat kondisi mesin masih dingin (misalnya saat menghidupkan di pagi
hari), maka diperlukan campuran bahan bakar dan udara yang lebih banyak
(campuran kaya). Hal ini disebabkan penguapan bahan bakar rendah pada saat
kondisi temperatur/suhu masih rendah. Dengan demikian akan terdapat sebagian
kecil bahan bakar yang menempel di dinding intake manifold sehingga tidak masuk
dan ikut terbakar dalam ruang bakar. Untuk memperkaya campuran bahan bakar
udara tersebut, pada sistem EFI yang dilengkapi dengan sistem pendinginan air
terdapat sensor temperatur air pendingin (engine/coolant temperature sensor)
seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Sensor ini akan mendeteksi kondisi
air pendingin mesin yang masih dingin tersebut. Temperatur air pendingin yang
dideteksi dirubah menjadi signal listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Selanjutnya
ECU/ECM akan mengolahnya kemudian memberikan perintah pada injektor dengan
memberikan tegangan yang lebih lama pada solenoid injektor agar bahan bakar
yang disemprotkan menjadi lebih banyak (kaya).
Sedangkan
bagi mesin yang tidak dilengkapi dengan sistem pendinginan air, sensor yang
dominan untuk mendeteksi kondisi mesin saat dingin adalah sensor temperatur
oli/pelumas mesin (engine oil temperature sensor) dan sensor temperatur udara
masuk (intake air temperature sensor). Sensor temperature oli mesin mendeteksi
kondisi pelumas yang masih dingin saat itu, kemudian dirubah menjadi signal
listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Sedangkan sensor temperatur udara masuk
mendeteksi temperatur udara yang masuk ke intake manifold. Pada saat masih
dingin kerapatan udara lebih padat sehingga jumlah molekul udara lebih banyak
dibanding temperatur saat panas. Agar tetap terjadi perbandingan campuran yang
tetap mendekati ideal, maka ECU/ECM akan memberikan tegangan pada solenoid
injektor sedikit lebih lama (kaya). Dengan demikian, rendahnya penguapan bahan
bakar saat temperatur masih rendah sehingga akan ada bahan bakar yang menempel
di dinding intake manifold dapat diantisipasi dengan memperkaya campuran
tersebut.
Gambar Engine Oil Temperature
Sensor dan Intake Air Temperature Sensor Honda Supra X 125
c. Cara
Kerja Saat Putaran Rendah
Pada saat putaran mesin masih rendah dan suhu mesin sudah mencapai suhu
kerjanya, ECU/ECM akan mengontrol dan memberikan tegangan listrik ke injektor
hanya sebentar saja (beberapa derajat engkol) karena jumlah udara yang
dideteksi oleh MAP sensor dan sensor posisi katup gas (TP sensor ) masih
sedikit. Hal ini supaya dimungkinkan tetap terjadinya perbandingan campuran
bahan bakar dan udara yang tepat (mendekati perbandingan campuran teoritis atau
ideal). Posisi katup gas (katup trotel) pada throttle body masih menutup pada
saat putaran stasioner/langsam (putaran stasioner pada sepeda motor pada
umumnya sekitar 1400 rpm). Oleh karena itu, aliran udara dideteksi dari saluran
khusus untuk saluran stasioner. Sebagian besar sistem EFI pada sepeda motor
masih menggunakan skrup penyetel (air idle adjusting screw) untuk putaran
stasioner.
Gambar Saluran Masuk Untuk
Putaran Stasioner Saat Katup Throttle Masih Menutup Pada Sepeda Motor Honda
Supra X 125
Berdasarkan
informasi dari sensor tekanan udara (MAP sensor) dan sensor posisi katup gas
(TP) sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan tegangan listrik kepada solenoid
injektor untuk menyemprotkan bahan bakar. Lamanya penyemprotan/ penginjeksian
hanya beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih
sedikit. Pada saat putaran mesin sedikit dinaikkan namun masih termasuk ke
dalam putaran rendah, tekanan udara yang dideteksi oleh MAP sensor akan menjadi
lebih tinggi dibanding saat putaran stasioner. Naiknya tekanan udara yang masuk
mengindikasikan bahwa jumlah udara yang masuk lebih banyak. Berdasarkan
informasi yang diperoleh oleh MAP sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan
tegangan listrik sedikit lebih lama dibandingkan saat putara satsioner.
Gambar Posisi Skrup Penyetel
Putaran Stasioner Pada Throttle Body
Gambar diatas
adalah ilustrasi saat mesin berputar pada putaran rendah, yaitu 2000 rpm.
Seperti terlihat pada gambar, saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection)
terjadi diakhir langkah buang dan lamanya penyemprotan/penginjeksian juga masih
beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih sedikit.
Gambar Contoh Penyemprotan
Injektor Pada Saat Putaran 2000 rpm
Seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa proses penyemprotan pada injektor terjadi saat
ECU/ECM memberikan tegangan pada solenoid injektor. Dengan pemberian tegangan
listrik tersebut solenoid coil akan menjadi magnet sehingga mampu menarik
plunger dan mengangkat needle valve (katup jarum) dari dudukannya, sehingga
bahan bakar yang berada dalam saluran bahan bakar yang sudah bertekanan akan
memancar keluar dari injektor.
d. Cara
Kerja Saat Putaran Menengah dan Tinggi
Pada saat putaran mesin dinaikkan dan kondisi mesin dalam keadaan normal,
ECU/ECM menerima informasi dari sensor posisi katup gas (TP sensor) dan MAP
sensor. TP sensor mendeteksi pembukaan katup trotel sedangkan MAP sensor
mendeteksi jumlah/tekanan udara yang semakin naik. Saat ini deteksi yang
diperoleh oleh sensor tersebut menunjukkan jumlah udara yang masuk semakin
banyak. Sensor-sensor tersebut mengirimkan informasi ke ECU/ECM dalam bentuk signal
listrik. ECU/ECM kemudian mengolahnya dan selanjutnya akan memberikan tegangan
listrik pada solenoid injektor dengan waktu yang lebih lama dibandingkan
putaran sebelumnya. Disamping itu saat pengapiannya juga otomatis dimajukan
agar tetap tercapai pembakaran yang optimum berdasarkan infromasi yang
diperoleh dari sensor putaran rpm. Gambar bawah ini adalah ilustrasi saat mesin
berputar pada putaran menengah, yaitu 4000 rpm. Seperti terlihat pada gambar,
saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection) mulai terjadi dari pertengahan
langkah usaha sampai pertengahan langkah buang dan lamanya penyemprotan/
penginjeksian sudah hampir mencapai setengah putaran derajat engkol karena
bahan bakar yang dibutuhkan semakin banyak. Selanjutnya jika putaran putaran dinaikkan
lagi, katup trotel semakin terbuka lebar dan sensor posisi katup trotel (TP
sensor) akan mendeteksi perubahan katup trotel tersebut. ECU/ECM memerima
informasi perubahan katup trotel tersebut dalam bentuk signal listrik dan akan
memberikan tegangan pada solenoid injektor lebih lama dibanding putaran
menengah karena bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Dengan demikian
lamanya penyemprotan/penginjeksian otomatis akan melebihi dari setengah putaran
derajat engkol.
Gambar Contoh Penyemprotan Injektor
Pada Saat Putaran 4000 rpm
e. Cara
Kerja Saat Akselerasi (Percepatan)
Bila sepeda motor diakselerasi (digas) dengan serentak dari kecepatan
rendah, maka volume udara juga akan bertambah dengan cepat. Dalam hal ini,
karena bahan bakar lebih berat dibanding udara, maka untuk sementara akan
terjadi keterlambatan bahan bakar sehingga terjadi campuran kurus/miskin. Untuk
mengatasi hal tersebut, dalam sistem bahan bakar konvensional (menggunakan
karburator) dilengkapi sistem akselerasi (percepatan) yang akan menyemprotkan
sejumlah bahan bakar tambahan melalui saluran khusus. Sedangkan pada sistem
injeksi (EFI) tidak membuat suatu koreksi khusus selama akselerasi. Hal ini
disebabkan dalam sistem EFI bahan bakar yang ada dalam saluran sudah bertekanan
tinggi. Perubahan jumlah udara saat katup gas dibuka dengan tiba-tiba akan
dideteksi oleh MAP sensor. Walaupun yang dideteksi MAP sensor adalah tekanan
udaranya, namun pada dasarnya juga menentukan jumlah udara. Semakin tinggi
tekanan udara yang dideteksi, maka semakin banyak jumlah udara yang masuk ke
intake manifold. Dengan demikian, selama akselerasi pada sistem EFI tidak
terjadi keterlambatan pengiriman bahan bakar karena bahan bakar yang telah
bertekanan tinggi tersebut dengan serentak diinjeksikan sesuai dengan perubahan
volume udara yang masuk. Demikian tadi cara kerja sistem EFI pada beberapa
kondisi kerja mesin. Masih ada beberapa kondisi kerja mesin yang tidak dibahas
lebih detil seperti saat perlambatan (deselerasi), selama tenaga yang
dikeluarkan tinggi (high power output) atau beban berat dan sebagainya. Namun
pada prinsipnya adalah hampir sama dengan penjelasan yang sudah dibahas. Hal
ini disebabkan dalam sistem EFI semua koreksi terhadap pengaturan waktu/saat
penginjeksian dan lamanya penginjeksian berdasarkan informasi¬informasi yang
diberikan oleh sensor-sensor yang ada. Informasi tersebut dikirim ke ECU/ECM
dalam bentuk signal listrik yang merupakan gambaran tentang berbagai kondisi
kerja mesin saat itu. Semakin lengkap sensor yang dipasang pada suatu mesin,
maka koreksi terhadap pengaturan saat dan lamanya penginjeksian akan semakin
sempurna, sehingga mesin bisa menghasilkan unjuk kerja atau tampilan
(performance) yang optimal dan mengeluarkan kandungan emisi beracun yang
minimal.
1 komentar:
Terimksih ats knjungannya, Mhon comen nya yg membngun.
Posting Komentar