Teknologi Electric Power
Steering(EPS) dibuat untuk mengerti kita. Pada EPS, mekanisme hidraulis
berganti menjadi gerakan dinamo yang mengandalkan arus listrik. “Dalam hal
perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan enggak bikin repot lagi
seperti model konvensional,” bilang Iwan Abdurachman, technical trainee PT
Toyota Astra Motor. Nah karena bebas rawat, EPS ini jarang ditengok. Problem
yang terjadi juga tidak dikenali. Bahkan baru paham setelah kejadian. Yuk
belajar bareng bersama tentang EPS.
Model Fully electric
cenderung paling responsif
Semua EPS yang
diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga bantuan motor elektrik.
Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan fully electric. Artinya
motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga
yang letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan
Swift. Bahkan pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995
ataupun Toyota Crown keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class. Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak.
Dinamo masih harus
meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer
Hadirnya sistem ini memang relatif sebagai penyempurnaan sistem PS model lawas atau konvensional. “Respons terhadap gerakan kemudi juga semakin baik dan lebih disesuaikan kondisi dibanding model biasa,” tambah Iwan. Terutama pada mekanisme fully electric. Pada umumnya terdiri dari sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi dideteksi pertama kali oleh sensor yang kebanyakan letaknya pada poros batang kemudi (steering column). Gerakan kiri-kanan oleh setir bakal diterima oleh sensor untuk diatur modul sebagai otaknya.
Hadirnya sistem ini memang relatif sebagai penyempurnaan sistem PS model lawas atau konvensional. “Respons terhadap gerakan kemudi juga semakin baik dan lebih disesuaikan kondisi dibanding model biasa,” tambah Iwan. Terutama pada mekanisme fully electric. Pada umumnya terdiri dari sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi dideteksi pertama kali oleh sensor yang kebanyakan letaknya pada poros batang kemudi (steering column). Gerakan kiri-kanan oleh setir bakal diterima oleh sensor untuk diatur modul sebagai otaknya.
Setelah ada gerakan
setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga untuk disesuaikan menurut
laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya akan semakin besar juga
kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan modul EPS akan mengatur
besaran arus yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan mekanisme semi
electric cenderung lebih repot. Pasalnya, komponen yang digunakan juga lebih
banyak dibanding model fully electric. Adanya tekanan hidraulik dalam sistem
ini berarti kerja simultan mulai dari sensor, modul dan dinamo masih diteruskan
ke hidrolis lagi. Sehingga kerja power steering secara elektrik hanya pada tahap
awal saja. Selanjutnya setelah kecepatan dinamo menciptakan tekanan minyak PS
tertentu, meringankan rangkaian racksteer pada PS konvensional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar